Direkomendasikan Kepada Pengunjung Blog "Tempat Cangkruk Arek Agribisnis" memakai Mozilla Firefox agar mendapatkan tampilan yang apik.. Terima Kasih Telah Sudi Mampir Di Blog Kami.. "Jayalah Negeriku - Jayalah Perikananku"

01 August, 2008

Tentang Aku dan Perjalanan Hidupku

Jika aku adalah sebuah ranting yang rapuh.... maka lindungilah aku dari hantaman angin badai... dan apabila engkau berkehendak memusnahkanku, musnahkanlah aku tanpai melukai tunas-tunasku............


Sebuah renungan dan cerita tentang hidup.... tentang diriku, dan siapa diriku..........

Di pedalaman yang sangat jauuuh dari keramaian, tepatnya di Desa Sidoreno, kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, dilahirkanlah seorang bayi mungil berjenis kelamin laki laki pada hari sabtu pahing tanggal 28 Desember 1984. Ditengah gelapnya malam yang mencekam di pedalaman, karena belum ada listrik pada waktu itu, kebahagiaan terlihat pada keluarga dengan lahirnya bocah tersebut.....Nah.... itulah aku... Menurut primbon jawa, kelahiran sabtu pahing merupakan jumlah angka yang paling tinggi yaitu Sabtu = 9 dan pahing = 9, jadi berjumlah 18. Digambarkan seperti Bima,,,, menurut primbon!!!! kenyataannya blass.............

Tahun demi tahun aku beranjak tumbuh besar. Kulit hitam legamku menjadi ciri umum anak-anak pedesaan. Aku bukan merupakan tipe orang yang pemalu karena itu aku sangat mudah berteman. Mengenali dan dikenali oleh orang lain bukan hal yang sulit buatku. Umur 4,5 tahun aku masuk sekolah. Awalnya aku hendak dititipkan dulu oleh emak di Sekolah Dasar Negeri yang merupakan Sekolah Dasar satu-satunya di Desaku,. Emak menitipkan aku dengan pertimbangan usiaku belum cukup untuk masuk SD, tapi pihak sekolah tidak memberikan izin karena Sekolah Dasar bukan untuk menitipkan anak (emang betul seh..). Loh,,, kenapa ga masuk TK? Masuk Taman Kanak-kanak buat kami sama halnya dengan membuang uang hasil keringat Bapak. Jadi tidak mungkin aku tega membuang uang hasil keringat beliau..

Tahun 1989 aku resmi jadi murid Sekolah Dasar Negeri Sidoreno, dan aku masih ingat waktu kelas satu, tiga buah angka lima yang ditulis dengan pena warna merah menghiasi rapor pertamaku untuk catur wulan (Cawu) pertama, Cawu kedua ada dua buah angka lima, dan Cawu ke tiga bersih dari pena warna merah... Beruntunglah aku dapat melanjutkan ke kelas dua, karena banyak dari temen-temen kelasku tidak seberuntung aku. Ada sebagian dari mereka yang tidak naik kelas lalu tidak mau sekolah lagi, dan ada pula yang tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya... Aku juga sempet jualan es balon (es lilin) di sekolah, buat iseng-iseng aja.... tahun 1995 aku lulus SD dengan nilai yang biasa-biasa saja....

Perjalanan menempuh pendidikan Sekolah Dasar tidak mengalami hambatan. Mas-mas dan mba'ku semuanya lulus pendidikan dasar, selanjutnya.... ya, ngurus sawah..... Bagaimana dengan aku? Awalnya mungkin bapak merasa ga da gunanya melanjutkan sekolah,, mending ngurus sapi dan sawahnya bapak,,, ketahuan hasilnya.., kalo sekolah..uang pasti keluar, tapi hasil belum tentu,,, berkat penjelasan dari pakde waktu itu, bapak menyekolahkan aku di Madrasah Tsanawiyah Maarif (setingkat SMP) di desa sebelah... Aku belum terbayang tentang masa depanku, sekolah tinggal sekolah,, belajar tidak pernah.. Bolos, mulai belajar ngrokok, tidur di mushola tiap malem, terjadi pada masa-masa ini.. Bapak pernah ngamuk karna hasil raporku mengalami penurunan drastis,,,. Kelas dua belum mengalami perubahan, malah tambah parah... Sampai tiba masa pencerahan, aku mengalami minder dan iri yang teramat sangat. Kenapa aku tidak seperti temenku yang bisa mudeng dengan pelajaran,, kenapa???.

Masuk kelas tiga Cawu pertama aku mulai mengurung diri. Pulang sekolah langsung cari rumput buat ngasih makan si embekk.. malemnya buka buku pelajaran. Walaupun dengan diterangi lampu minyak, aku sangat menikmati dengan suasana itu,,. Hasilnya, aku masuk peringkat 3 besar mengalahkan juara-juara lama... tahun 1998 aku lulus dari MTs Maarif,,, dan dari sini kesedihanku mulai muncul,,,

Sebelum melanjutkan,,, berikut sekilas tentang Bapakku...

Bapak adalah sosok orang yang keras dan kaku. Aku dan saudara-saudara kandungku hampir tidak pernah ngobrol dan bercengkrama seperti layaknya anak dengan Bapaknya, hal itu saking takutnya kami dengan Bapak,,,. Irama bicara bapak tidak bisa pelan, menggelegar seperti petir dikala hujan, walaupun tidak dalam keadaan marah. Bayangkan jika sedang marah,,,, Ikat pinggang Hansip pernah mendarat ke punggung mba", aku pun tidak bisa berbuat apa2, pemandangan seperti itu sudah biasa bagi kami. Menjelang pendaftaran siswa sekolah baru, akupun belum diberikan penjelasan oleh Bapak apakah aku melanjutkan sekolah atau tidak. Sampai akhirnya Bapak memberikan keputusan bahwa aku cukup dengan berijazah MTs saja.. sekolah memerlukan biaya yang tidak sedikit.. apalagi sekolah SMU jauh di kota,, harus ditempuh dengan angkot, yang berarti harus mengeluarkan uang lagi untuk ongkos,,, belum SPPnya, Belum uang sakunya,,, belum bayaran ini..itu.. Aku pun tidak bisa berargumen. berargumen berarti membantah, membantah berarti melawan, dan melawan berarti jadi musuh Bapak,,,. Sebenarnya ada perasaan kesal, dendam dengan keadaan itu... tapi yang jelas aku pasrahkan semuanya pada Allah, Dzat yang mengetahui dan mengatur apa-apa yang tidak kita ketahui...

Tahun 1998, aku resmi tidak melanjutkan jenjang sekolah, sampai akhirnya aku merantau ke Bengkulu buat menghilangkan kejenuhan, walaupun tujuan sebenarnya adalah menghindari kumpul dengan Bapak untuk sementara waktu. Uang transport ke Bengkulu adalah hasil dari menjual seluruh embekku... karna embek itu induknya bukan milikku jadi uang hasil penjualan di bagi dua, aku mendapat jatah sekitar 200 ribuan, lumayan lah, hasil keringet bertahun-tahun. Sesampainya di Bengkulu, aku tinggal di rumah Bibi. Dia adalah pengusaha kerupuk singkong yang terkenal,,, tapi juga terkenal pelit.. dua setengah bulan aku ikut membantu pekerjaannya. tanpa dibayar. Yach.. karna aku makan dan tidur ditempat dia. Nyabutin singkong, Ngupas singkong, marut singkong dan ngejemur adalah tugas sehari-hari yang wajib aku kerjakan; karna tugas Bibi hanya masak hasil parutan singkong untuk dijadikan bahan kerupuk.., paklekku yaitu suaminya Bibi bertugas ngiris bahan kerupuk gelondongan menjadi potongan kerupuk yang tipis... Di Bengkulu khususnya yang aku tempati, kebanyakan adalah warga pendatang.. sukunya pun beragam, Lampung, Palembang, Padang, Batak, Bali dan Jawa. Stasiun TV yang bisa masuk hanya RCTI dan TVRI... Kalau mau bikin sumur ga perlu repot, bekas kubangan kebo saja sudah bisa dijadikan sumur... sumber airnya dangkal.. jadi ga heran jika 1 meter dari permukaan tanah sudah menemukan sumber air...

Finally, setelah dua bulan setengah tinggal di sana, aku ditawari kerja oleh tetangganya Bibi bernama Pak Pur. Dia nawari kerjaan di kota bersama dengan anaknya yang sudah lama bekerja ditempat itu.. Akupun tidak menolak tawaran itu, langsung aku iyakan... Akupun diantarkan oleh seorang yang bernama tomy menuju tempatku bekerja.. ternyata Pak Tomy ini adalah kakak dari calon majikanku... Dua jam menuju kota, akhirnya aku sampai... merinding juga karna baru pertama kali aku bekerja tempat orang, apalagi bekerja di rumah yang tidak pernah aku lihat kecuali ti TV.. Besar dan megah... "kalo nyapu tangannya jangan sampe nyentuh kursi yach.." amanat majikanku saat aku mulai bekerja .. Hah... kaget bukan maen aku, ternyata tanganku ini bersifat najis dan menjijikkan bagi mereka...oh.. jadi begini toch,, realita hidup... kok ya ada orang yang punya sifat seperti ini, umpatku dalam hati...

Pekerjaanku sebenernya sepele, bangun pagi membuka semua pintu yang dikunci - kecuali pintu utama dan kamar majikan... membuka tirai, mematikan lampu, setelah itu nyapu - karna ngepel bagian temenku... setelah beres, kami berdua sarapan seadanya, kalo ada mie ya di makan kalo ga ada ya nunggu nanti siang sampe di beliin majikan... Upahku 85ribu/ bulan dan itu sudah sangat cukup bagiku... masih ada hal yang sangat mengusik pikiranku, bagaimana dengan masa depanku kelak,,, aku akan bekerja sebagai apa?.... petanikah?, ladang dan sawah tinggal sedikit,, itupun harus bergantian dengan mas-masku untuk menggarapnya setiap tahun secara bergiliran,,, berdagang?? apa yang harus aku jual, melihat kondisi pasar yang lama kelamaan semakin banyak yang jualan ketimbang yang beli.......... sampai akhirnya aku membuat statement dan mungkin bisa diartikan sebuah harapan. Pernyataanku pada saat itu adalah jika keluargaku tidak menanyakan keberadaan dan kondisiku saat ini, berarti mereka tidak memperdulikan aku, dan aku berjanji tidak akan pulang ke Lampung..... tetapi jika sebaliknya, maka aku akan pulang dan melanjutkan sekolahku-walaupun dengan tidak ada dukungan Bapak..

"Berapa lama sich umur manusia? tidak ada dosa jika aku tidak melanjutkan sekolah... aku tetap bisa makan jika aku berusaha tanpa pendidikan..." itulah yang terbayang di pikiranku saat itu, pertanyaan yang sebenarnya buat menghibur ketidakpuasan...

Siang sekitar pukul satu siang, eko temen sekamarku membangunkan aku... "Bapakmu teko".. aku pikir Pak Pur yang datang, karna memang sebulan sekali Pak Pur menjenguk eko dan yang jelas sekalian minta setoran... "Bapak'e Sopo?" tanyaku... "yo Bapakmu" timpalnya sambil menuju teras depan... Aku diam sejenak-berfikir-ah.. mugkin Pak Pur, Bapakku ga mungkin kesini.... ngapain juga nyusul, ndak ada gunanya..... "Min Metuo.." teriak eko mencoba membangunkan aku lagi.. akupun menuju teras rumah dengan sempoyongan karna masih mengantuk.... di teras depan terlihat olehku lelaki tua dengan mata berkaca-kaca, yang selama hidupku ku kenal sebagai orang yang tidak punya hati... dialah Bapakku... dan itulah pertama kali yang pernah aku ingat, beliau memelukku sambil menagis... akupun tak kuat menahan rasa haru berselimut bahagia... Ya Allah Doa dan Harapanku telah engkau jawab... engkau telah bukakan hati orang tuaku.. Maha suci engkau atas apa yang telah engkau berikan...!!

Sekarang tekatku sudah bulat, ini adalah jawaban dari semua kegundahan hati... aku harus memulai babak baru... yang aku ingat hari itu adalah hari Kamis, aku pergi ke kota Kalianda tanpa pamit Ibu sebelumnya.. karna kebiasaanku kalau pergi selalu pamitan sama ibu.. sebelum berangkat aku mampir ke tempat mba Asih, dia adalah kakak kelasku dulu waktu di MTs yang melanjutkan sekolah ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kalianda,, yang aku tanyakan ke dia bukan alamat sekolahnya atau syarat-syarat pendaftarannya, tetapi nama Kepala Sekolah MAN dan dimana beliau tinggal... "Pak Baheram Tami namanya, beliau tinggal di pesisir"... Jujur, selama aku besar di Lampung, Kota Kalianda masih asing buatku.. walaupun jaraknya hanya beberapa kilometer dari tempat aku tinggal.. Sampailah aku di terminal pasar inpres Kalianda,, dengan hanya berbekal nama dan nama tempat tinggal Pak Kepala Sekolah, aku mencari tukang ojek untuk mengantarkanku ke tempat yang aku maksud,,, "mo kemana de" tanya si tukang ojek.. "pesisir bang, kenal yang namanya Pak Baheram ga, Baheram Tami lengkapnya"... jawabku. "Pesisirnya mana?" tambah bingungpun aku dibuatnya.. "emmm.. pokonya pesisir dech bang, anterin saya dulu, ntar kita cari disana".... Hampir setengah hari aku muter-muter keliling pesisir, ga ketemu juga... aku memutuskan untuk mencari alamat sekolah MAN, dan kebetulan tukang ojek tersebut paham dengan alamat yang aku maksud,,,...

Aku masuk ke ruang pendaftaran murid baru dengan hati yang gundah,, antara iya dan tidak,, didalam ruangan kantor yang tidak seberapa luasnya itu duduk berjajar panitia pendaftaran. Aku dipersilahkan untuk mengambil formulir pendaftaran dan mengisi data-data pribadi. Sebenarnya aku enggan untuk mengisinya karna maksud awal aku datang kesekolah ini adalah untuk menemui Kepala Sekolahnya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk keruangan Kepala Sekolah untuk mengutarakan maksud hatiku. Dan baru pertama ini aku berbicara serius dengan orang yang belum aku kenal sebelumnya. “Saya ingin menimba ilmu disekolahan ini pak, tapi orang tua saya tidak mengijinkan saya untuk melanjutkan sekolah lagi” aku mengawali pembicaraan. “loh kenapa, Kamu bandel ya?” Tanya kepala sekolah kepadaku. Aku masih menunduk tidak berani untuk menatap mata Kepala Sekolah yang menurutku cukup seram untuk ku lihat. “ehh.. tidak pak, mungkin menurut orang tua saya mereka tidak akan mampu membayar biaya sekolah saya nantinya… Baheram nama Kepala sekolah ini dahulu adalah orang Lampung asli, hanya saja pernah tinggal di Yogja selama kurang lebih 15 tahun, jadi tidak heran beliau sangat fasih berbahasa Jawa baik yang ngoko dan kromo inggil. Tanpa ada penjelasan apa-apa. Dan tanpa banyak basa basi beliau mempersilahkan aku mengisi formulir pendaftaran dan membayar uang pendaftaran .

Masa depanku masih blur, aku masih belum tau arah yang tepat untuk menggapai cita-cita ini. Apalagi pak Baheram juga tadi tidak mengatakan bahwa aku digratiskan saja sekolah disitu.. mau bilang apa lagi.. dah lah jalani aja dulu... akhirnya aku pulang dengan hati yang ga karuan..

Aku sampai di rumah sudah sore hampir mendekati magrib. setelah makan emak menghampiri aku menanyakan kemana tadi aku pergi.. dalam hati aku masih belum bisa jawab tapi juga aku tidak bisa bohong.. lalu aku ceritakan detil kepada beliau kemana aku pergi seharian.. kulihat guratan wajah emakku yang memang telah nampak menua dan membuat semakin tidak tega untuk cerita kepadanya.. tapi beliau malah tersenyum dan balik bertanya kepadaku "memang kamu sudah bilang sama Bapak?", "ya belum, ga tau kalau ntar bilang kena marah atau ga" jawabku. "ya dah nanti emak yang ngomong ke Bapak" imbuhnya.

Malam itu juga aku langsung dipanggil oleh Bapak. wah.. pasti kena marah nich, pikirku. Ternyata dugaanku meleset, mungkin karna beliau menghormati kerasnya tekat dan kemauanku untuk sekolah jadi akhirnya beliau luluh juga dan sanggup membiayai sekolahku. Alhamdulillah...............

Diperjalanan menempuh pendidikan, Bapak hanya mengeluarkan ongkos transportku sebesar dua ribu rupiah perhari, karena semua biaya sekolahku selama tiga tahun ditanggung oleh guru ku yang tercinta Ibu Muchlisoh, S.Pd dan beasiswa-beasiswa yang telah diberikan oleh sekolah, karena atas kebaikan dan ke ikhlasannya aku dapat menyelesaikan sekolahku di MAN Kalianda.

Masa depanku juga masih blurr, masih maraba-raba.. akan aku bawa kemana ijazahku yang cuma SMA? dan akan kemana? yang jelas tekatku masih seperti dulu,, mengalir seperti air deras dan dengan tujuan yang jelas... pada akhirnya berlabuhlah aku di kota Malang dengan segala jerih payah., susah.. sampai merantau ke pulau lombok...... akhirnya sampailah aku di tempat ini... Jakarta!!

Terima kasih ku persembahkan :
  1. Allah SWT dzat yang maha agung, yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepadaku untuk menghadapi hidup.
  2. Bapak dan Alm. Emak yang selalu menjaga, menuntun dan membimbing dengan kekuatan cinta mereka sebagai orang tua. Gus-gus ku dan mba'ku yang telah ikut berjuang untuk masa depanku.
  3. Arek DIII Agribisnis Perikanan yang selalu menjaga silaturahmi kekompakan dan keakraban, suwun yo rek dah banyak membantu finansialku sewaktu kuliah dulu.. Aku ga duwe utang khan? kalo ada yang merasa ngutangi dan belum ku bayar, yo wes di iklaskan aja he..he...
  4. Keluarga besar Bapak Saringin (Bokapnya Putrawan), yang dah ngasih tumpangan selama kurang lebih 3 bulan di Praya, lombok tengah, NTB. Dari pengalaman selama disana akhirnya mudeng juga bahasa sasak.
  5. Keluarga besar Bapak M. Jujur Anwar (Bapaknya Fandy), karena kebaikan hati beliau aku punya KTP lombok, yang sangat membawa keberuntungan. Karena dengan KTP itu aku bisa daftar PNS dan membawaku ke Jakarta. KTP itu adalah KTP pertama kali yang pernah aku buat.. tapi desember ini dah habis masa berlakunya.. rencananya mo aku laminating lagi, buat kenang-kenangan.

Artikel Yang Berhubungan



5 comments:

  1. ojo melankonis ngono cak...sing penting ojo dumeh..sing akeh syukure...oke..

    ReplyDelete
  2. waduuuhhh om moderatornya narcisss bgt bos. btw lumayan ad perubahan dkit, mok... km kyknya lg bingung y.. cb wetonmu opo to le..?? mungkin km gk cocok hidup di air coba km di api mungkin y mungkin he... eiliingg makanya kmrn gk ush iktan face-off jdny kan nyleneh?
    (^o^)v peace mok....peace...

    ReplyDelete
  3. waduh aq jadi termehek - mehek
    tapi kan sekarang qm yang paling enak diantara qt mien
    he..he..

    ReplyDelete
  4. kisah yang mengharukan.
    tapi memang begitulah hidup, harus diperjuangkan.
    piye kbare?
    betah ya di jakarta.
    ga' ada keinginan toh bwt bangun kampung halaman yang di pedalaman itu???

    ReplyDelete
  5. Mien, aq kapan yo punya foto diklat PRA JABATAN...

    ReplyDelete

Matur sembah nuuwun sudah sudi mampir dan beri komentar.. Jangan lupa kembali lagi Yach...