Direkomendasikan Kepada Pengunjung Blog "Tempat Cangkruk Arek Agribisnis" memakai Mozilla Firefox agar mendapatkan tampilan yang apik.. Terima Kasih Telah Sudi Mampir Di Blog Kami.. "Jayalah Negeriku - Jayalah Perikananku"

17 July, 2009

Teknologi Produksi Benih Kepiting Bakau (Scylla paramamosain)


Kepiting bakau termasuk satu diantara komoditas perikanan bernilai ekonomis penting di wilayah Indo-Pasifik. Produksi kepiting bakau Indonesia selama ini masih sangat mengandalkan hasil penangkapan di alam dan hanya sebagian kecil dihasilkan dari kegiatan budidaya, seperti yang sudah berkembang di beberapa daerah di antaranya Bone, Sulawesi Selatan.

Berdasarkan peluang usaha tersebut mengakibatkan intensitas penangkapan kepiting di alam terus meningkat baik yang beaikuran konsumsi maupun ukuran kecil sebagai benih dalam kegiatan budidaya, sehingga di beberapa daerah dilaporkan telah terjadi tangkap lebih yang bcrdampak merusak populasinya di alam. Untuk mengimbangi laju penangkapan tersebut perlu adanya upaya ke arah pembenihan terkendali.


Sejak beberapa tahun terakhir ini Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol-Bali telah berhasil memproduksi benih kepiting bakau dari spesies Scylla paramamosain. Disamping itu, telah dilakukan kerjasama penelitian dengan Bribie Island Aquaculture Research Center (BIARC) Australia yang dibiayai oleh ACIAR Project No. FIS/1999/076.

Kepiting bakau dapat digolongkan ke dalam 4 spesies, masing-masing Scylla serrata, S. tranquebarica, S. paramamosain dan S. olivacea yang semuanya dapat ditemukan di perairan Indonesia. Namun di BBRPBL – Gondol induk yang digunakan adalah dari spesies S. paramamosain, sedangkan di Australia adalah spesies S. serrata.

Kategori induk yang digunakan dalam pembenihan adalah jenis kepiting betina dewasa debar kerapas > 12 cm), dalam kondisi sehat yang dicirikan dengan warna cerah, anggota tubuh lengkap serta respon yang cepat apabila kaki renangnya ditarik.

PENGELOLAAN INDUK
Sebelum transportasi dianjurkan untuk melakukan perendaman kepiting dalam air garam yang bersih (kadar garam 25-34 ppt) selama 3-5 menit untuk menghindari dehidrasi selama transportasi. Pada saat transportasi sebaiknya kepiting disimpan dalam kondisi suhu rendah. Induk yang telah ditransportasi direndam dalam larutan formalin 200 ppm selama 15-20 menit untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar.

Bak pemeliharaan induk dapat berupa bak beton ataupun fiberglass dengan menggunakan substrat pasir putih setebal 5 cm dan sistem air mengalir. Ketinggian air dalam tangki berkisar 40-50 cm. Padat tebar induk dalam bak berkisar 1 ekor per m2. Pemberian pakan berupa daging kerang laut dan ikan rucah dengan perbandingan 1:1 dengan dosis 15% bobot tubuh pada induk dengan tingkat kematangan gonad (TKG) I dan menurun sampai 5% pada TKG IV atau menjelang pemijahan.Pemijahan (inkubasi)

Pemijahan induk kepiting bakau biasanya berlangsung 1 – 2 minggu setelah dipelihara dalam bak. Waktu pemijahan selalu berlangsung pada malam hari. Induk yang mengandung telur sebaiknya direndam dalam larutan formalin dosis 50 ppm selama 1 jam untuk menghilangkan parasit dan jamur yang mcnempel pada massa telur. Lama inkubasi antara 8-10 hari pada kondisi suhu 29-30°C. Selama masa inkubasi induk kepiting tidak diberi makan hal ini untuk menjaga kebersihan lingkungan. Waktu penetasan telur selalu berlangsung pada pagi hari.

Bentuk dan ukuran tangki
Bentuk tangki yang ideal adalah bulat kerucut dengan kemiringan dasar tangki ± 10°. Ukuran yang disarankan dengan volume 1.000-5.000 liter.

PEMELIHARAAN LARVA

Pengelolaan air laut
Air laut sebelum digunakan terlebih dahulu harus disterilisasi dengan klorin 10 ppm selama 24 jam, selanjutnya ditambahkan Na-thiosulfal dengan dosis 5 ppm unluk menetralkan klorin yang masih tersisa di dalam air laut.

Penanganan larva
Sebelum dilakukan penebaran larva, sebaiknya suhu air disesuaikan dengan yang ada pada bak penetasan. Goncangan suhu diusahakan hanya bcrkisar 1 °C. Padat tebar larva berkisar 50-100 ekor/ L. Tingkatan stadia kepiting bakau terdiri dari: zoea-1 sampai dengan zoea-5 : 12-14 hari; megalopa: 7-10 hari dan selanjutnya menjadi krablet (kepiting muda).

Pemeliharaan megalopa – krablet
Setelah mencapai stadia megalopa dilakukan panen dan pemindahan ke dalam bak pendederan. Hal ini untuk mengurangi kanibalisme, karena megalopa sudah dapat berenang cepat dan sudah dilengkapi sepasang capit untuk menangkap mangsanya. Pendederan biasanya berlangsung selama 2 minggu hingga mencapai stadia krablet-2 sampai krablet-4. Pendederan dengan kepadatan 250 -1.000 ekor/rm dan menggunakan shelter berupa karang dan waring, dapat menghasilkan sintasan sebesar 70-80% krablet-2 sampai krablet-4 yang selanjutnya sudah siap ditebar di tambak.



BALAI BESAR RISET PERIKANAN BUDIDAYA LAUT
Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kec. Gerokgak
Kab. Buleleng – Singaraja 81155
PO.Box. 140 Singaraja-81101
Telp.: 0362-92278; Fax.: 0362-92272
E-mail: gondol_dkp@singaraja.wasantara.net. id


Artikel Yang Berhubungan



1 comment:

Matur sembah nuuwun sudah sudi mampir dan beri komentar.. Jangan lupa kembali lagi Yach...